Awal Pengenalan Agama

Share it:

 


Asal Muasal Cerita[1]

Ceritanya, Allah ingin dikenal, maka diciptakanlah nur Muhammad, selanjutnya Allah memperkenalkan diriNya kepada Nur Muhammad melalui sifat dan asmanya (Namanya). Sifat Allah ada 20 yang wajib, 20 yang mustahil dan 1 yang Jaiz. Nantinya setelah terlahir Muhammad bin Abdullah, maka sifat Rasulullah itu 4 wajib, 4 mustahil dan 1 jaiz, terkumpullah ini semua dalam sebuah istilah 50 aqoid dalam pelajaran ilmu tauhid.

Dengan adanya nur Muhammad, maka terciptalah semua ciptaan yang pernah didengar oleh manusia saat ini, apapun itu, dan tercipt pulalah kehidupan ini.

Kehidupan itu ada dapat dilihat dari adanya alam beserta isinya, tentunya yang dapat menikmati itu semuanya adalah makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Allah, dan makhluk yang berbentuk manusia itu berjenis kelamin lelaki dan diberi wewenang kepemimpinan dan disebut kholifah.

Manusia tersebut memiliki jenis kelamin lelaki dan wanita, untuk pengembang biakan maka terjadilah pernikahan. Adam dan Hawa menikah dengan bermaharkan Sholawat Allahumma Sholli 'Ala Muhammad.

Maka sejatinya penyaluran nur Muhammad lewat hubungan badan untuk pembentukan jasad dan dan nur Muhammad ditiupkan kepada jasad tersebut dan ia pun hidup bersama jasad, nur Muhammad tersebut dikenal dengan istilah ruh.

Lahirlah seorang anak yang suci, ada yang berjenis kelamin lelaki dan wanita. Seiring berjalannya waktu anak tersebut akan memasuki masa mukallaf (pembebanan hukum), tandanya dapat dilihat dari lelaki dengan bermimpi, hasil dari mimpi itu ia mengeluarkan sperma, jika wanita mengalami haid, yaitu keluar darah dari kemaluannya.

Ketika lelaki telah bermimpi dan wanit selasai haid, maka diwajibkan mandi janabah (junub). Mandi itu dilakukan untuk mengembalikan kesuciannya, sebab dasar anak tadi suci. Setelah seseorang itu mandi wajib atau mandi junub, maka ia wajib atau sunnah untuk mengucapkan dua kalimah sayahadat, setelah itu ia wajib mengerjakan 4 rukun islam yang tersisa.

Mandi itu untuk membersihkan jasad dan mensucikan dirinya dari hadats besar dan kecil untuk agar supaya dapat kembali beribadah atau mengibadahi Tuhannya. Adapun ilmu yang mengatur itu semua disebut dengan ilmu Fikih, adapun ilmu untuk mensucikan dirinya disebut ilmu tauhid, tasawuf dan akhlak.

Guru menggambarkan: ilmu fikih ibarat tanaman, Ilmu tauhid ibarat tanah dan ilmu Tasawuf ibarat pagarnya. Tanaman ditanam di tanah dan harus diberi pagar, begitulah kira2 gambarannya.

Fitrah dan Mukallaf

Seorang bayi yang terlahir dalam keadaan suci, yakni fitrahnya, maka bayi tersebut seiring berjalannya waktu ia terbebas dari pembebanan hukum. Adapun pemisah kesucian seseorang itu adalah sesuatu yang keluar dari kemaluannya, namun sesuatu itu harus dapat dipastikan bahwa itu adalah sperma bagi laki-laki dan darah haid bagi perempuan, jika keduanya telah diperdapati, maka disebutlah ia mukallaf.

Mukallaf adalah orang yang telah dibebani hukum, hukum yang dimaksud adalah hukum yang tersurat dan tersirat. Hukum yang tersurat dapat ditemukan didalam Alqur'an dan hadits, namun kedua sumber tersebut telah disaring oleh para ulama dan biasanya telah dibukukan.

Maka tahulah seseorang itu bagaimana caranya membersihkan dan mensucikan dirinya ketika ia sedang berhadats besar atau kecil yang sifatnya zahir, masalah ini dibahas oleh cabang keilmuan fikih, namun cara mensucikan batin, cabang keilmuannya adalah ilmu tasawuf.

Awaluddin Marifatullah

Ceritanya: sesungguhnya dari sejak dini, seseorang itu tentunya sudah belajar mengenal agamanya melalui apa yang telah dianut oleh ibu bapanya. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ علَى الفِطْرَةِ، فأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أوْ يُنَصِّرَانِهِ، أوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ البَهِيمَةِ تُنْتَجُ البَهِيمَةَ هلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ.

Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?"

Seorang anak tentunya akan mengikut kepada 'Itikad atau keyakinan apa yang telah diyakini oleh bapak dan ibunya, maka secara tidak langsung maka tauhid anaknya tersebut adalah tauhid bapak dan ibunya, sebab bapak ibunya akan memperkenalkan rumah ibadah yang akan selalu didatangi oleh anak tersebut dari sejak dini hingga akhir hayatnya, walaupun suatu saat nanti keyakinan itu dapat berubah.

Tentunya seorang bapak dan ibu yang kebetulan beragama islam, tentunya telah mengetahui sedikit banyaknya perjalanan agamanya, maka ketika anaknya lahir, jika lelaki maka akan diazankan, jika perempuan akan diiqomahkan.

Seiring berjalannya waktu, anak tumbuh besar, dan datanglah masa pemisah antara fitrah dan mukallaf yaitu keluaranya sesuatu dari kemaluannya yang menyebabkan ia harus mandi wajib, saat itu pula ibu bapaknya memerintahkan ia mandi wajib, setelah itu bapaknya membimbing anaknya untuk mengucapkan dua kalit syahadat, yaitu:

أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أنّ محمدا رسول الله

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu Rasulullah"

Dua kalimat tersebut adalah salah satu dari rukun islam yang bunyinya:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ . رواه البخاري و مسلم .

 

"Islam dibangun di atas lima perkara: Mengucapkan dua kalimat Syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


[1] Muhammad Syafi'i Tampubolon, S.Sos


Share it:
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Ilmu

Post A Comment:

0 comments:

Terimakasih telah meninggalkan pesan kepada kami.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.