Api dan Kekuatannya

Share it:


Api adalah satu "benda" yang memiliki "pekerjaan", pekerjaannya adalah "membakar", dan kayu adalah bahan yang akan dikerjai api, ketika kedua benda tersebut bertemu, maka terjadilah pekerjaan, karena ketika seseorang menghidupkan api, berarti ia sedang mempekerjakan api untuk kebutuhannya, api pun bekerja, maka hasil pekerjaan api adalah membuat kayu menjadi hangus dan jadilah abu, disisi lain, matanglah air dan sejenisnya.

Kayu yang hangus dan telah menjadi abu, tidak akan dapat kembali menjadi kayu, sedangkan api tetap pada bendanya dan tidak berubah sedikitpun, namun benda yang berbentuk kayu telah berubah dan tidak dapat dikembalikan kebenda semula, namun telah berubah kebenda yang lain.
Sesungguhnya api tidaklah memiliki kekuatan, namun api memiliki sesuatu yang dapat merubah sesuatu walaupun seperti memiliki kekuatan, sebab ada yang menciptakan api dan memberinya kekuatan untuk dapat merubah sesuatu yang bersentuhan dengan dirinya.
Api tidaklah memberi bekas, namun memberi hasil, maksudnya adalah, jika api dapat memberi bekas, maka api dapat melakukan sesuatu yang lain selain membakar, artinya api dapat mendinginkan dan lain sebagainya, namun nyatanya tidak bisa, api hanya mampu menghanguskan saja. inilah perbedaan antara "bekas" dan "hasil".
Jika meyakini bahwa api memiliki bekas disebabkan ada hasil, maka rusaklah keyakinan yang meyakini hal tersebut, dikarenakan perbedaan sebab dengan hasil yang begitu rumit untuk membedakannya karena telah menyatu dalam sebuah kenyataan.
Ceritanya, Ibrahim dibakar tidak berubah jadi abu. Itu alasan mendasar bahwa sesungguhnya kekuatan kerja api ada yang mengendalikan, dan yang mengendalikan api itu adalah yang menciptakan api (Allah), sebab pencipta api sudah siap mengadakan atau meniadakan api dan kerjanya untuk apa serta bahan yang akan dikerjai api itu apa saja.
Itulah sebabnya Nabi sulaiman Allah perintahkan untuk melarang ratu Balqis agar tidak Menyembah Api.
Begitu pula halnya cerita nabi Ibrahim dalam pencariannya dalam hal mencari Tuhan, ketika melihat matahari datang dan pergi, begitu pula dengan bulan, datang dan pergi.
Jika hal tersebut diatas dapat dipahami, maka syirik kecil akan dapat kita hindari, Insya Allah.
Kesimpulannya Kerja Allah ada bekasnya (تأثر), sedang kerja makhluk tidak ada bekasnya.
Share it:

Ilmu

Post A Comment:

0 comments:

Terimakasih telah meninggalkan pesan kepada kami.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.